Sleman – Lapas Narkotika Kelas IIA Yogyakarta menyelenggarakan pelatihan terakhir gelombang pertama pembuatan tempe pada Kamis (20/02). Pada pelatihan ini, Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) mendapatkan materi tentang strategi pemasaran dan praktek pengolahan tempe menjadi berbagai produk inovatif, yaitu snackbar tempe, smoothies tempe, dan pangsit tempe.
Pelatihan yang dilaksanakan di Aula Giatja Lapas Narkotika Yogyakarta ini merupakan kerja sama dengan Fakultas Bioteknologi Universitas Kristen Duta Wacana (UKDW). Tujuan dari pelatihan ini adalah untuk memberikan bekal keterampilan kepada WBP agar memiliki kemampuan wirausaha setelah bebas nanti.
Kegiatan dimulai dengan pemberian materi strategi pemasaran. Para WBP dibekali pengetahuan mengenai cara memperkenalkan produk kepada konsumen, menentukan harga yang kompetitif, serta memanfaatkan media sosial sebagai sarana promosi yang efektif. Materi ini diharapkan dapat membantu mereka dalam memasarkan produk olahan tempe dengan lebih baik.
Selanjutnya, kegiatan dilanjutkan dengan praktek langsung pembuatan tiga jenis olahan tempe yang inovatif dan bernilai jual tinggi. Para WBP diajarkan cara membuat berbagai produk olahan tempe yang menarik dan memiliki potensi pasar yang luas.
Snackbar tempe menjadi salah satu produk yang diajarkan dalam pelatihan ini. Camilan sehat dan renyah ini dibuat dengan memadukan tempe dengan bahan-bahan berkualitas, sehingga menghasilkan cita rasa yang unik sekaligus menyehatkan. Produk ini diharapkan dapat menjadi alternatif camilan sehat yang digemari oleh semua kalangan.
Selain itu, para peserta juga diajarkan cara membuat smoothies tempe. Minuman sehat ini dibuat dengan mencampurkan tempe yang sudah diolah dengan dark coklat dan susu rendah lemak, menciptakan minuman kekinian yang kaya akan protein dan gizi. Dengan meningkatnya tren konsumsi makanan sehat, smoothies tempe diyakini memiliki potensi besar di pasar minuman sehat.
Tidak hanya itu, pangsit tempe juga menjadi salah satu inovasi olahan yang diajarkan. Pangsit ini diisi dengan campuran tempe yang sudah dibumbui, kemudian digoreng hingga renyah. Rasa gurih dan teksturnya yang krispi membuat pangsit tempe menjadi camilan yang lezat dan cocok dinikmati kapan saja.
Para peserta terlihat antusias mengikuti setiap tahapan pembuatan, mulai dari persiapan bahan, proses pembuatan, hingga teknik pengemasan yang menarik. Mereka juga diajak untuk mencicipi hasil olahan tempe yang telah dibuat.
"Pelatihan ini sangat bermanfaat dan membuka wawasan kami bahwa tempe bisa diolah menjadi produk yang menarik dan bernilai jual tinggi. Saya jadi termotivasi untuk berwirausaha setelah bebas nanti," ujar AK, salah satu peserta dengan penuh semangat.
Kegiatan ini ditutup dengan refleksi dan evaluasi oleh tim dari UKDW. Mereka memberikan apresiasi atas antusiasme dan semangat para WBP dalam mengikuti seluruh rangkaian pelatihan.
Kepala Lapas Narkotika Yogyakarta, Porman Siregar, menyampaikan apresiasi dan ucapan terima kasih kepada Fakultas Bioteknologi UKDW atas kerja sama yang terjalin. Beliau berharap pelatihan ini dapat memberikan dampak positif bagi para WBP, tidak hanya dalam hal keterampilan, tetapi juga dalam membentuk mental wirausaha yang mandiri.
"Ini adalah akhir dari pelatihan gelombang pertama, namun bukan akhir dari perjalanan belajar. Kami berkomitmen untuk terus memberikan program pembinaan yang bermanfaat dan relevan dengan kebutuhan masyarakat," ujarnya.
Dengan berakhirnya pelatihan gelombang pertama ini, diharapkan para WBP dapat mengembangkan keterampilan yang telah diperoleh dan mampu menciptakan peluang usaha baru yang produktif di masa depan.